PETA MINDA
Ilmu pengetahuan yang terbentuk pada pelajar
dibangun oleh dirinya sedikit demi sedikit, kemudian diperluas melalui
pengalaman dan pendidikan. Pengetahuan tidak dapat ditransfer secara
serta merta oleh guru kepada pelajar. Pengetahuan juga bukan merupakan
sekumpulan fakta-fakta, konsep atau kaedah yang siap untuk digunapakai
dan diingat. Tetapi, pelajar sendiri harus membangun sendiri pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks ini, pengajaran dan pembelajaran akan bermakna bagi
pelajar apabila guru mampu mengajarkan bagaimana cara belajar, bagaimana
cara berfikir, bagaimana cara menyelesaikan masalah dan membuat
keputusan dan bagaimana memotivasi mereka untuk belajar. Tidak
sepatutnya, pelajar bersusah payah menghafal sekumpulan konsep padahal
bagi dia konsep itu tidak difahaminya. Sehubungan itu, kajian ini
mencoba mengkaji kesan penggunaan peta konsep terhadap peningkatan
kemahiran berfikir. Sehingga diharapkan terlahir sekolah yang memiliki
budaya berfikir dan beramal, terutamanya bagi para guru memiliki wawasan
dan kemahiran dalam memilih dan menggunakan strategi pengajaran yang
sesuai.
Kemungkinan penyebab rendahnya hasil belajar yang
dicapai siswa, diantaranya membudayanya belajar hafalan yang dilakukan
siswa menjelang diadakan ujian. Siswa belum biasa belajar bermakna,
dimana konsep-konsep baru dapat dihubungkan sehingga dengan
konsep-konsep yang sudah ada atau sudah dimiliki, sehingga kemudian
siswa terkaitan antar konsep. Salah satu alat pembelajaran yang
berdasarkan belajar bermakna peta konsep.
Peta konsep merupakan suatu teknik yang memberikan
gambaran dua dimensi mengenai struktur pengetahuan siswa dalam disiplin
ilmu. Peta konsep merupakan suatu jaring-jaring
pembelajaran yang menunjukkan konsep apa saja yang perlu dipelajari
siswa dan bagaimana keterkaitan konsep-konsep tersebut.[1]
Sebagai alat pembelajaran, peta
konsep membantu siswa aktif berpikir untuk memusatkan pada sejumlah
ide-ide pokok (berupa konsep-konsep) dari satu pokok bahasan.
Penggunaan peta konsep bagi siswa adalah :[2]
- Untuk mengeksplorasi apa yang telah dikctahui oleh siswa,
- Memberikan arahan pembelajaran,
- Membantu mengekstraksikan arti kerja laboratorium atau studi lapangan,
- Membantu membaca materi dari buku pelajaran,
- Membantu siswa mencapai hasil pembelajaran yang berkualitas tinggi serta bermakna, karena membantu siswa mengingat informasi dan melihat keterkaitan antar konsep dan,
- Membantu siswa menggabungkan ide yang satu dengan lainnya.
Peta konsep bersifat idiosinkratik, maksudnya bermaknaan konsep-konsep itu khas bagi setiap orang. Tidak ada dua peta konsep yang sama persis karena setiap peta yang dibuat oleh siswa menunjukkan pengertiannya yang unik dalam bidang pengetahuan. “membuat informasi lebih mudah dimengerti dan diingat kembali, dan, memaksimalkan momen belajar”.[3]
Metode mencatat yang baik membantu siswa mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan
pemahaman terhadap materi, dan memberikan wawasan baru. Pola pikiran
(Mind Mapping) memungkinkan terjadinya semua hal itu. Metode peta konsep
pertama sekali dikembangkan oleh Tony Buzan, Kepala Brain Foundation.
Menurut Tony peta pikiran (peta konsep) adalah “metode mencatat kreatif
yang memudahkan siswa mengingat banyaknya informasi Setelah selesai,
catatan yang dibuat siswa membentuk sebuah pola gagasan yang saling
berkaitan, dengan topik utama direngah-tengah dan sub topik dan
perincian menjadi cabang-cabangnya.[4]
Penerapan metode peta konsep yang
dilakukan guru dalam pembelajaran membantu siswa mengingat
pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari. Oleh karena itu siswa tidak
perlu membuat catatan selengkap mungkin, tetapi cukup membuat informasi
(konsep) penting dari materi pelajaran.
Kenyataan, jarang sekali guru menggunakan peta konsep dalam melakukan pembelajaran,
Sehingga siswa harus menghafal materi pelajaran secara keseluruhan.
Mengapa tidak mencoba menempatkan pola pikir anak menjadi sistematis
dengan membuat peta konsep yang mudah untuk dipaharni anak. Dengan
demikian siswa akan mudah untuk mengingat pelajaran, karena dia tidak harus menghafal setiap kata tetapi cukup konsepnya saja.
Berdasarkan penelitian awal di
SMP Negeri l3 Banda Aceh di diperoleh gambaran bahwa pembelajaran di
kelas khususnya pelajaran biologi siswa kurang aktif. Kurang aktifnya
siswa disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan guru kurang dapat
memotivasi siswa untuk belajar. Guru lebih banyak menerangkan pelajaran sementara siswa hanya mendengarkan sambil mencatat.
Berdasarkan latar belakang masalah
yang penulis paparkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pemebelajaran Peta Konsep Pada Materi Sistem Pencernaan di SMP Negeri l3 Banda Aceh.”
B. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dan
lebih mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi ini penulis
merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam
judul tersebut. Adapun istilah- istilah yang perlu di jelaskan adalah
sebagai berikut:
1. Metode
Artinya suatu cara atau teknik mengajar yang
disusun secara sistematik dan logik yang ditinjau dari segi hakekat
belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru salah satunya dengan
cara membuat skema-skema pokok bahasan yang disebut dengan peta konsep.[5]
2. Peta Konsep
Artinya metode mencatat kreatif
yang memudahkan siswa mengigat banyak informasi. Setelah selesai
mencatat,yang siswa buat membentuk sebuah pola gagasan yang saling
berkaitan. Peta konsep terbaik adalah peta konsep yang warna warni dan
menggunakan banyak gambar dan simbol.[6]
3. Sistem Pencernaan
Artinya tersusun atas mulut lambung, usus besar, proses usus dan anus.[7]
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasahan dalam
penelitian ini adalah : Apakah dengan menggunakan metode peta konsep,
prestasi belajar siswa pada pelajaran biologi sub konsep sistem
pencernaan akan meningkat.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran biologi dengan cara menggunakan metode pembelajaran peta konsep.
2. Merubah
perilaku belajar siswa, yang mana siswa bersifat pasif menjadi aktif
dalam belajar sehingga dapat membantu siswa memperoleh nilai yang baik.
E. Postulat dan Hipotesis
1. Postulat
Bertitik tolak pada latar belakang masalah di atas,
maka penulis perlu mengemukakan beberapa postulat yang kedudukannya
sebagai dasar pemikiran dalam suatu wilayah. Winarno Surachman
mengemukakan bahwa: “ Anggapan dasar (postulat) yang menjadi tumpuan
dasar segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi dalam
suatu penelitian. Postulat ini menjadi titik pangkal, di mana dengan
adanya postulat ini tidak lagi menjadi keragu-raguan penyelidik”.[8]Adapun postulat (anggapan dasar) dalam masalah ini adalah: Penerapan metode peta konsep lebih baik daripada metode tanya jawab.
2. Hipotesis
Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka yang menjadi hipotesis (dugaan sementara) adalah : Penggunaan metode peta konsep pada meteri sistem pencernaan di SMP Negeri 13 Banda Aceh belum optimal.
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian deskriptif bertujuan
untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis dan
faktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat sebab hubungan yang
diselidiki. Rancangan penelitian ini bersifat field study.[9]
Atas dasar tersebut, penelitian ini untuk mengetahui metode peta konsep
lebih baik daripada metode tanya jawab pada siswa SMP Negeri 13 Banda
Aceh.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “Keseluruhan objek
penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat
mewakili keseluruhan populasi yang ada”.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 8 di SMP Negeri 13 Banda Aceh yang berjumlah 104 siswa. Berdasarkan populasi di atas maka yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 30% dari jumlah populasi yaitu 31 siswa pada kelas 82 yang terdapat dalam SMP Negeri 13 Banda Aceh.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 8 di SMP Negeri 13 Banda Aceh yang berjumlah 104 siswa. Berdasarkan populasi di atas maka yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 30% dari jumlah populasi yaitu 31 siswa pada kelas 82 yang terdapat dalam SMP Negeri 13 Banda Aceh.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode postes dan prites dengan dua perlakuan
tanpa diulang. Perlakukan pertama adalah proses pembelajaran biologi
dengan metode peta konsep, sedangkan perlakukan kedua adalah peroses
pembelajaran pokok bahasan yang sama dengan metode prites. Instrumen
yang digunakan adalah Satuan Analisis Pembelajaran (SAP), Rancangan
Pelajaran (RP), Peta Konsep dan Alat Evaluasi.
Data dikumpul melalui
langkah-langkah sebagai berikut : (1). Sampel siswa dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. (2). Pada
kelompok eksperimen dilakukan proses pembelajaran biologi metode peta
konsep, sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan proses pembelajaran
dengan pokok bahasan yang sama dengan metode tanya jawab. (3). Setelah
proses pembelajaran selesai dilakukan, pada kedua kelompok tersebut
dilakukan test dengan menggunakan soal dan waktu yang sama.
4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian
ditabulasi dan selanjutnya dihitung persentase jawaban yang diperoleh
Menginterprestasikan perolehan
nilai prosentasi untuk menentukan nilai kualitatif kepada standar nilai
(skala sikap) sebagai berikut :
a. Jika nilai P = 76% – 100%, berarti sangat baik.
b. Jika nilai P = 56% – 75%, berarti baik.
c. Jika nilai P = 40% – 55%, berarti kurang baik
Komentar
Posting Komentar